Langsung ke konten utama

Dewasa [Melihat] Agama

Foto: Pinterest.com


Dewasa terjadi ketika berakhirnya masa transisi dari remaja.Berpikirdewasa adalah ketika mampu menempatkan pekerjaan sebagai pemenuhan kebutuhan layaknya makhluk hidup. ‎Bersikap dewasa adalah ketika mampu menempatkan Agama sebagai patron hidup. Menjadi dewasa ketika mampu memposisikan dunia hanya sebagai sebuah persinggahan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi pengertian dewasa sebagai; telah mencapai kematangan kelamin, matang (pikiran, pandangan). Hal ini memberi makna bahwa dewasa adalah sebuah fase ketika terjadinya perpaduan antara kematangan secara fisik dan psikologis.
Hurlock (1996), memberikan definisi masa-masa dewasa awal sebagai periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada tahapan ini diharapkan dewasa awal telah mampu memainkan peran baru, seperti sebagai seorang suami/istri, orang tua, dan pencari nafkah, munculnya keinginan-keingan baru dan mengembangkan sikap-sikap dan nilai-nilai baru.
Ketika menjadi seorang dewasa, anda telah mampu melihat hal-hal positif bagi diri dalam pengembangan kepribadian menuju pembentukan jati diri. Tahapan ini sebagai dewasa setelah masa remaja. Menurut Santrock (1999), masa ini merupakan masa transisi baik secara fisik (physically trantition), secara intelektual(cognitive trantition), dan peran sosial (social role trantition).
Meskipun demikian, kedewasaan tidak selalu mampu membawa manusia secara individual ke arah yang lebih baik dalam konteks norma dan nilai-nilai. Tidak semua orang setelah sekian lama menjalani kedewasaannya mampu beradaptasi dengan pola pikir sebagaimana fitrahnya sebagai manusia.
Seorang tokoh masyarakat belum tentu mapan berpikir dengan pola pikir kharismatik yang berlandaskan otoritas dan kewibawaaan. Akibatnya, kebingungan-kebingunan masyarakat menjadi sebuah gesekan sosial yang menghantarkan masyarakat pada krisis kepercayaan kepada tokoh dan penguasa.
Kedewasaan dalam berpikir sejatinya dapat mengimbangi antara kebutuhan-kebutuhan vertikal dan horizontal. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa terlepas dari interaksi yang beragam di mana secara tampak mata, tipis sekali sekat antara percampuran nilai-nilai positif dan negatif selain dibatasi oleh norma-norma agama dan hukum.
Dewasa yang bijak setelah masa dewasa awal adalah pribadi dewasa yang bisa menempatkan pemenuhan kebutuhan hidup (pekerjaan) sebagai kebutuhan untuk melanjutkan hidup. Tidak memperbandingkan jenis pekerjaan apa yang lebih berkelas dan trendy. Karena di setiap apa yang ditekuni terdapat kenikmatan dan kebahagian jika itu masih dipandang sebagai pemenuhan hajatan hidup.
Orang-orang yang bekerja tidak selalu melakukan apa yang ingin ia lakukan. Faktor jenjang pendidikan, skill atau kesempatan tidak seperti kereta api berjalan di atas bentangan rel yang lurus. Fenomena sosial telah menunjukkan bukti-bukti miris tentang bagaimana di kawasan-kawasan tertentu manusia hidup dengan kondisi dan lingkungan yang tidak manusiawi. Mereka berusaha dengan keyakinan dan harapan dari barang-barang bekas kebutuhan manusia kelas menengah.
Setiap manusia dewasa pada prinsipnya melahirkan sebuah karya sebagai sebuah inisiasi individual, meski relatif dalam pemaknaan kontemporer. Kecenderungan watak biasa saja tampil dalam karakter karyanya. Kelemahan biasanya terjadi ketika karya berhasil dalam wujud yang dapat dinikmati oleh penikmat-penikmat karya, kedewasaan tidak lagi menjangkau untuk menempatkan Tuhan sebagai penghasil karya pertama. Tidak menyadari keterlibatan Tuhan dalam ide dan karya yang pada akhirnya dapat ditangkap oleh indera mata (visually).
Sebagaimana halnya kontra produktif di sekalangan profesional yang menangani isu-isu kemanusiaan, lingkungan dan sebagainya. Yaitu ketika menempatkan filosofi kemanusiaan sebagai kebenaran logika untuk membantu. Mereka bekerja menutupi kebutuhan hak-hak hidup manusia lainnya bahkan dengan mengabaikan hak-haknya sendiri. Tampil sebagai malaikat penolong bagi orang-orang yang lemah. Namun sekali lagi mereka lupa pada esensi dan keterlibatan Tuhan dalam setiap upayanya.
Selain dewasa sebagai transisi dari masa remaja, dewasa melihat pekerjaan sebagai pemenuhan kebutuhan hidup dan karya sebagai bukti seseorang pernah hidup, kedewasaan melihat agama sebagai panduan hidup adalah aspek terpenting dari segalanya.
Manusia, mau tidak mau akan dihadapkan pada kematian dan tahapan-tahapan setelahnya. Selaku muslim [beragama Islam] yang percaya pada hari akhir, sejatinya juga sebagai seorang mukmin [beriman]. Setiap mukmin sadar bahwa tujuan hidup pada akhirnya hanya akan kembali pada-Nya.
Seluruh kebaikan tanpa melibatkan dasar-dasar agama [ibadah] yang dibebankan kepada pribadi secara perseorangan tidak menjamin jalan ke surga. Dan tentu saja di sana hanya ada surga dan neraka. Tidak seorangpun dapat menjamin ke mana pada akhirnya diantara dua pintu itu akan dimasuki. Orang shalih dalam ibadahnya sekalipun dengan sifat ria-nya bisa menghalaunya dari surga, apalagi keshalihan sosial.Tugas kita menancapkan dan mengikuti rambu-rambu ke surga dengan mengharap ridhaNya.
Shalat ibarat pilot bagi sebuah penerbangan. Seperti pemancar cahaya yang membuka ruang gelap di sebuah goa yang panjang untuk menunjukkan jalan terbaik yang bisa dilalui. Shalat adalah wadah tempat menampung semua kebaikan. Karenyanya ia menjadi hal yang paling utama dan menjadi standar identitas. Sekilas ia hanyagerakan tubuh, namun memberi manfaat yang luar biasa bagi kesehatan mental dan juga fisik ketika pada posisi tertentu aliran darah menjangkau bagian-bagian yang tidak mampu dialiri darah dalam aktifitas normal.
Melakukannya amat sangat mudah dan hanya memakan waktu beberapa menit. Namun yang rumit justru membangun kesadaran untuk melakukannya. Sederhana, namun mampu menghalau sesorang dari segala kegiatan buruk dan jahat. Tanpa iman, tentu banyak orang akan berpendapat tidak setimpal sebuah gerakan yang tertib seperti itu mampu menjadikan manusia lebih baik secara ruhaniah.
Shalat merupakan salah satu media utama [tindakan] bagi pengakuan rasa syukur atas semua yang dimiliki, dipakai dan dinikmati oleh manusia. Oksigen dan nitrogen yang selalu dihirup manusia setiap detiknya tak akan mampu dibayar oleh siapapun dan tidak dapat dibeli di manapun. Satu contoh yang cukup! Dan ini tentu tidak sebanding dengan sebuah kata Alhamdulillah.
Betapa indahnya ketika dengan ketulusan hati membantu sesama, sambil bersyukur kita diberi kesempatan oleh Tuhan untuk melakukannya karena kita pada posisi yang memungkinkan untuk membantu, bukan sebagai seseorang yang dibantu. Tak akan terukur kebahagiaan manakala menyadari keterlibatan Tuhan melalui ide atau kreatifitas kita yang melahirkan sebuah karya untuk memperkaya sebuah masa. Tuhan mempercayai kita untuk melakukan semua itu.

Kedewasaan yang ideal adalah mampu meletakkan tujuan hidup jangka kekal. Menempatkan diri pada bagian dunia sebagai pelaku dan sebagai dari hamba Tuhan. Karena persepsi tentang dunia suatu saat nanti tak ubahnya seperti alam kandungan dengan makanan yang ada didalamnya. Siapapun tidak mau kembali ke sana. Kita akan memulai dari bagian terkecil dari apa yang kita bisa lakukan. Semoga!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Petikan Senar Jasmine (Sebuah Cerpen)

Suhban baru saja merapikan peralatan kerjanya. Berbagai jenis kuas ia tempatkan di sudut ruang, kecuali box kuas mini ia biarkan di sisi palet lukis di bawah   easel stand   yang menampung sebuah   lukisan realis   berbahan dasar kanvas. Hanya butuh beberapa sentuhan kecil kepiawaian tangan Suhban untuk   finishing . Suhban tetap antusias meski memasuki bulan ketiga menuangkan segala ide untuk kesempurnaan lukisannya. Suhban mulai abai dengan perawatan dirinya, tampil sekenanya saja lazimnya seorang pelukis profesional. Rambutnya mulai membentuk gumpalan ikal meski sejatinya rambutnya hanya bergelombang kecil jika dirawat. Wajahnya mulai tampak lelah akibat kecapaian dan kekurangan asupan gizi, pola makannya tidak teratur sama sekali. Setelah beberapa kali gagal pinang, Suhban fokus di kamar melukis sebagai pelariannya dari kenyataan bahwa kesederhanaan tidak dapat diandalkan lagi di ruang sempit sosial ketika materi menjadi segalanya sebagai tolok ukur. Ke...

Harmoni di Tepi Krueng Lokop dan Bakti Pak Tani untuk Negeri

  Seperti menyisir daerah pedalaman lainnya, menelusuri jalan ke Lokop, Aceh Timur, membutuhkan kesiapan yang matang. Harus didukung oleh jenis transportasi yang tidak biasa agar memudahkan melewati jalanan ekstrim setelah musim hujan. Jarak tempuh ke sana setidaknya membutuhkan waktu 4 jam dan melintasi dua kecamatan jika hitungan  start  dimulai dari simpangan Gampong Beusa, Peureulak di jalan nasional. Mobil dengan daya 4×4 direkomendasikan untuk menundukkan bebukitan berbatu akibat aspal yang tergerus air hampir separuh jalan ke sana. Saya tergabung dalam tim Forum Petani Organik Rakan Pak Tani yang menuju ke Lokop, Serbajadi salah satu kecamatan di sebelah selatan Aceh Timur. Forum ini diundang untuk melakukan sosialisasi kepada warga di sana tentang pola penanaman organik pada tanaman mereka. Tim ini hampir saja gagal menuju ke sana akibat mobil yang dipersiapkan tiba-tiba tidak bisa berangkat. Tidak ada pilihan lain, mobil Honda mobilio milik Zulfan akhirnya dipaks...

Tumpôk Asëë Lêt

Malam belum begitu larut, sisa sengatan terik siang hari masih menguap dari dinding sebuah warung kopi yang masih searah dengan sebuah bangunan nan luas dan megah, Meuligoe, tempatnya para Wali. Selaku penikmat kopi malam, tanpa sengaja kami telah melawan penjajahan oleh waktu. Larut dalam pembicaraan civil society dan good government yang tidak bertepi. Rona Aceh Damai menjadi buyar dan hambar ketika fakta-fakta menyadurkan realita miris. Kata damai dalam kondisi tertentu bagai memperjuangkan kata itu sendiri menjadi bagian dari semacam kosa kata baru agar masuk ke dalam sebuah kamus, setelah diskusi panjang terhadap pemaknaannya. Bukan seminar tentunya, reuni atau semacamnya. Tapi hanya pertemuan dan obrolan biasa sambil mencandai sekumpulan kacang yang sudah mulai berjamur dalam sebungkus ikatan plastik. Tetap punya nilai jual karena tersusun rapi dalam sebuah rak warung. Minimal keberadaannya memenuhi aneka menu agar tidak terkesan  hana sapue na . Sebuah perumpamaan keluar dar...